markus kinilow

Jumat, 05 Juli 2013

GMIM



Gereja Masehi Injili di Minahasa (disingkat GMIM) adalah salah satu kelompok gereja Protestan di Indonesia yang beraliran Calvinisme. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari gereja induknya, Indische Kerk dan pada tanggal 30 September 1934 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi GMIM

SEJARAH
Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz, yang diutus oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), badan pekabaran Injil asal Belanda. Pada tanggal 12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa
GMIM adalah bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI). Diproklamasikan sebagai gereja yang mandiri pada 30 September 1934, dan selama delapan tahun pertama dipimpin oleh para pendeta Belanda, seperti: Pdt. Dr. E. A. A. de Vreede. Kemudian, sejak tahun 1945 kepemimpin diemban oleh pendeta pribumi dengan terpilihnya Ds. A. C. R. Wenas sebagai pimpinan gereja.
Pada tahun 2005 GMIM mempunyai sekitar 900 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 818 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 101 wilayah, dengan sekitar 1.050.000 anggota.

Pimpinan GMIM

Kepimpinan GMIM dijalankan oleh Badan Pekerja Sinode yang dipimpin oleh seorang ketua. Ketua Sinode GMIM sejak berdirinya :
  1. Dr. E.A.A. de Vreede (1934–1935)
  2. Ds. C.D. Buenk (1935–1937)
  3. Ds. H.H. Van Herwerden (1937–1941)
  4. Ds. J.P. Locher (1941–1942)
  5. Ds. A.Z.R. Wenas (1942–1952)
  6. Ds. M. Sondakh (1951–1954)
  7. Ds. A.Z.R. Wenas (1955–1968)
  8. Ds. R.M. Luntungan (1968–1979)
  9. Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe (1979–1990)
  10. Pdt. K.H. Rondo , MTh (1990–1995)
  11. Prof. Prof. Dr. W.A. Roeroe (1995–2000)
  12. Pdt. Dr. A.F. Parengkuan (2000 – 2004)
  13. Pdt. Dr. A.O. Supit, STM (2005–2009)
  14. Pdt. P. M. Tampi, STh, MSi (2010–2014)

sumber:http://id.wikipedia.org

Jumat, 28 Juni 2013

SEJARAH PROTESTAN

SEJARAH PROTESTAN
Denominasi Protestan muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalilnya dan berakhir pada tahun 1648 dengan perjanjian Westphalia yang meredakan Perang agama di Eropa. Gereja Katolik dan Protestan adalah dua bagian utama dari agama Kristen di dunia Barat. Berbeda dengan Gereja Ortodoks dan Katolik, Protestanisme  adalah sebuah gerakan umum yang tidak mempunyai struktur pemerintahanan internal dan masing-masing gerakan berkembang secara bebas. Banyak yang terpecah karena masalah-masalah teologis. Misalnya, sejumlah gerakan yang muncul dari kebangunan rohani seperti Methodisme dan Pentakostalisme. Masalah-masalah doktrin dan hati nurani juga telah memecah-belah kaum Protestan. Tradisi Anabaptis, yang terdiri atas kelompok Amish dan Mennonit, menolak doktrin Katolik dan Lutheran tentang baptisan anak. Kelompok ini pun terkenal karena keyakinannya akan pasifisme. Ada yang coba untuk menyatukan berbagai denominsi dengan gerakan ekumenis pada abad ke-20. Sehingga Protestanisme dikenal sebagai kelompok yang menghasilkan gereja-gereja dan denominasi baru dalam jumlah yang paling banyak.
Gereja Protestan yang diperkirakan berjumlah 700 Juta jiwa, dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) Lutheran. Ajaran khas Martin Luther yang seringkali juga diakui sebagai ciri khas ajaran Reformasi disimpulkan dalam tiga sola, yaitu sola fide, sola gratia, dan sola scriptura, yang berarti ‘hanya iman’, ‘hanya anugerah’, dan ‘hanya Kitab Suci’. Maksudnya, Luther menyatakan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh karena imannya kepada karya anugerah Allah yang dikerjakannya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh Kitab Suci. (2) Calvinisme atau seringkali disebut Reformed. Lebih jauh lagi untuk menolak ajaran Katholik, Reformed didasari oleh ajaran John Calvin. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Doktrin mereka yang menjadi ciri utama mereka disebut dengan predestinasi, artinya mereka percaya bahwa karena manusia tidak ada yang layak untuk masuk Sorga, maka Allah dengan kedaulatanNya memilih manusia yang akan diselamatkan bahkan sebelum manusia itu dilahirkan.
Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Sebenarnya, gerakan Reformasi (Pembaruan) yang dilakukan Martin Luther bukanlah yang pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Perancis yang dipimpin oleh Peter Waldo (kini para pengikutnya tergabung dalam Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah pimpinan Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis.
Pada 2005, sekitar 5,9% (12.913.259 dari 218.868.791) penduduk Indonesia, beragama Protestan. Karena pengaruh para misionaris dari Belanda, kebanyakan gereja Protestan di Indonesia sangat diwarnai oleh ajaran Calvin (GPIB, GKI, GKJ) dan sebagian lagi mempunyai corak Lutheran.
Daftar gereja-gereja Protestan di Indonesia, menurut denominasinya yaitu Gereja Calvinis : Gereja Protestan di Indonesia (GPI); Gereja Batak Karo Protestan (GBKP); Gereja Kristen Indonesia (GKI); Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara (GKI SUMUT); Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS); Gereja Kristen Pasundan (GKP); Gereja Kristen Jawa (GKJ); Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU); Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW); Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST); Gereja Kristen Sulawesi Barat (GKSB); Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS); Gereja Protestan Sulawesi Tenggara (Gepsultra); Gereja Protestan Indonesia di Luwu (GPIL); Gereja Kristen Sumba (GKS); Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI di Tanah Papua); Gereja Kristus; Gereja Kristus Yesus (GKY); Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), dll.  Gereja Lutheran :  Gereja Huria Kristen Batak Protestan (Gereja HKBP); Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM); Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI); Huria Kristen Indonesia (HKI); Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), dll.
LITURGI PROTESTAN
Liturgi Protestan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah umat Protestan. Liturgi berasal dari bahasa Yunani λείτούργιά yang artinya kerja atau layanan kepada masyarakat. Liturgi Protestan memiliki beberapa perbedaan dengan liturgi Katolik, terkait dengan Reformasi Gereja di abad ke-16. Liturgi ini disusun oleh para tokoh reformasi gereja dengan pemahaman teologis mereka terhadap ibadah itu sendiri.
Dalam perkembangannya, ada 9 induk liturgi gereja-gereja Protestan[, yakni : (1) Lutheran, berasal dari Wittenberg dan berkembang ke negara-negara Jerman dan Skandinavia di abad ke-16. (2) Calvinis, berasal dari Zurich, Jenewa, dan Strassburg dari abad ke-16, kemudian menyebar ke Belanda, Perancis, Skotlandia, Hongaria, dan Inggris. (3) Anabaptis muncul di Swiss sejak tahun 1520-an. (4) Anglikan di Inggris, muncul sesaat setelah Lutheran. (5) Separatis dan Puritan muncul pada abad ke-17 sebagai protes atas kemapanan gereja negara. (6) Quaker muncul pada abad ke-17 dan membuat terputusnya tradisi peribadahan karena mereka beribadah tanpa khotbah, nyanyian, dan pembacaan Alkitab. (7) Methodis muncul pada abad ke-18, membuat sebuah liturgi yang merupakan campuran antara liturgi Katolik Roma, Anglikan, dan Puritan. (8) Frontier muncul pada abad ke-19. (9) Pentakostal muncul pada abad ke-20 dan merupakan ciri khas spiritual Amerika.
Luther memperbaharui liturgi secara bertahap agar tidak menimbulkan kegelisahan dalam umat. Pertama-tama, dalam buku Formula Misae, Luther memberikan contoh bahwa umat berhak menerima roti dan anggur dalam ekaristi, bukan hanya roti saja. Khotbah menjadi unsur utama dalam kebaktian karena menurutnya liturgi adalah pemberitaan Firman. Pembacaan Alkitab dan khotbah disampaikan dalam bahasa pribumi, sementara hal-hal yang lainnya, misalnya nyanyian jemaat, boleh disampaikan dalam bahasa Latin.  Imam (Pendeta) bebas memilih pakaian liturgis yang membedakannya dari umat, ia boleh mengenakan jubah yang menunjukkan dirinya sebagai seorang sarjana, tetapi bukan jubah imamat, yang dianggap  menonjolkan kemewahan dan kemegahan. Luther melakukan pembaruan selanjutnya yang ditulis tahun 1526 dalam buku Deutsche Messe (Misa Jerman). Dalam buku ini, perbedaan liturgi yang diperbaharui oleh Luther tampak semakin berbeda dengan liturgi Katolik Roma. Ada unsur-unsur liturgi yang dibuang.  Semua nyanyian dalam bahasa Latin diganti dengan bahasa Jerman dan diubah istilahnya. Misalnya, Agnus Dei digantikan dengan judul Christe, du Lamm Gottes.
Namun demikian susunan & isi liturgi gereja Protestan masa kini merupakan perkembangan dari berbagai tokoh Reformasi lainnya, seperti Martin Bucer, yang merumuskan dalam buku liturgy yang berjudul Grund und Ursach der Neurungen an dem Nachtmahl des Herren (Dasar dan Alasan Pembaruan pada Perjamuan Malam Tuhan) pada tahun 1524. Isi liturgi buku tersebut adalah sebagai berikut : (1) Ketika umat datang untuk beribadah pada hari Minggu, Pendeta mengingatkan mereka untuk mengaku dosa dan berdoa. Setelah itu, Pendeta memanjatkan doa bersama umat dan memberitakan pengampunan dosa bagi mereka yang percaya. Setelah berdoa singkat dan membacakan kitab tertentu, umat menyanyikan mazmur-mazmur pendek atau nyanyian dari kidung pujian. (2) Umat menyanyikan Dasa Titah atau nyanyian lain, lalu Pendeta membacakan Injil dan berkhotbah. (3) Umat menyanyikan pengakuan iman, disusul dengan doa syafaat bagi pemerintah, iman, kasih, dan anugerah untuk selalu mengenang kematian Kristus. (4) Pendeta mengingatkan untuk merayakan perjamuan Tuhan dan mengenangkan-Nya. (5) Pembacaan Alkitab mengenai perjamuan Tuhan dari Injil Sinoptik dan 1 Korintus 11. (6) Pendeta memecahkan roti dan menuang cawan minuman untuk mengenang Tuhan sementara umat menyanyikan nyanyian jemaat. (7) Pendeta menutup perjamuan dengan doa singkat dan berkat serta mengutus umat untuk pergi dalam damai Tuhan.
Di kemudian hari, Zwingli memperbaharui liturgi ini dengan membersihkannya dari unsur Katolik Roma. Juga Yohanes Calvin mengembangkan liturgy yang dibuat Martin Bucer. Salah satu sumbangan Calvin terhadap liturgy Gereja Protestan adalah unsure yang disebut “votum”.  Kalimat votum (disebut oleh Calvin sebagai adjutorium) berbunyi sebagai berikut : "Pertolongan kita ialah di dalam nama TUHAN yang menjadikan langit dan bumi". Dalam prakteknya, kalimat tersebut sering ditambahkan dengan kalimat : "Dan yang tetap memelihara kasih setia-Nya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan pekerjaan tangan-Nya." Calvin biasa menggunakan kalimat tersebut untuk pembuka kebaktian firman.
Sumber : www.majalahpraise.com

SEJARAH BERDIRINYA GMIM

GMIM merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia yang beraliran Calvinisme. Jadi jelas GMIM merupakan gereja yang beraliran Protestan. Sejak pemisahan (yang disebut “Schisma besar”) antara gereja Barat (Katolik) dan Timur (Ortodok) tahun 1045, dalam perjalanan sejarah, sekelompok orang yang tidak setuju dengan doktrin yang dianut Katolik, memisahkan diri menjadi Protestan (tahun 1517).  Sejak itu ada 2 aliran gereja besar yang mulai berexpansi ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Katolik masuk Indonesia tahun 1512 melalui para pedagang Portugis. Sedangkan Protestan masuk ke Indonesia melalui badan oekabaran Injil asal Belanda yang beraliran Protestan  dikenal dengan Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) pada tahun 1806. Sembilan tahun setelah itu, tepatnya tahun 1817, Pemerintah Belanda di Indonesia mengatur bahwa Gereja di Indonesia harus diorganisir oleh Pemerintah, sehingga Gereja di Indonesia ketika itu menjadi apa yang disebut Gereja Negara.
            Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Mereka diutus oleh NZG. Teologia NZG dipengaruhi oleh Pietiems, yaitu suatu aliran teologia yang memusatkan perhatian pada pertumbuhan dan pengembangan iman dalam kehidupan pribadi. Pada tanggal 12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan kristen di Tanah Minahasa. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari Gereja induknya, Indische Kerk. Pada tanggal 30 September 1934 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi GMIM.
            Sejak berdirinya, GMIM dipimpin oleh ketua Sinode. Ketua Sinode pertama adalah Dr. E.A.A. De Vreede (1934 – 1935). Sejak tahun 2010, ketua Sinode dijabat oleh Pdt. Piet Marthen Tampi, S.Th, MSi. Wilayah pelayanan GMIM memang di Sulawesi Utara. Dan begitu pesat perkembangan gereja terbesar di Indonesia dengan populasi jemaat hampir 1 juta jiwa (data tahun 2011). Bermula dari hampir 100 orang. Kemudian melewati 177 tahun menjadi hampir sembilan ratus ribu jiwa. GMIM mempunyai sekitar 1.000 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 897 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 102 wilayah, dengan sekitar 1.000.000 anggota.
            Tahun 2005, dalam datanya, GMIM mengelola banyak lembaga sosial seperti Taman Kanak-kanak (332), Sekolah Dasar (364), Sekolah Menengah Pertama (64), SMA (20), sekolah kejuruan (6), sebuah universitas dengan antara lain adanya fakultas teologi, sekolah untuk penyandang cacat (2), rumah yatim-piatu (2), pusat pelatihan (2), dan rumah sakit.
            GMIM adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia. Selain itu, GMIM juga merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia sejak 25 Mei 1950 dan anggota dari Sinode Am Gereja-gereja di Sulutteng (SAG), yang terdiri atas Gereja-gereja di Sulawesi Utara dan Tengah. Dan sekarang GMIM, dalam misi pelayanannya bukan hanya di Sulut, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Ambon, Papua, bahkan sudah go internasional membuka cabang di Jepang, Amerika, dan masih banyak tempat di luar Sulut.


TATA CARA IBADAH GMIM
Untuk merangsang minat dari anggota jemaat dalam beribadah, disusunlah beragam bentuk tata ibadah Raya. Ada 4 bahkan 5 bentuk liturgi dalam tiap minggunya. Pelayan Khusus (Pendeta, Guru Agama, Penatua dan Syamas/diaken) mendapatkan tempat yang lebih luas dalam pelaksanaan Ibadah Jemaat itu sendiri. Bahkan untuk penggunaan Lagu-lagu sebagai Pujian Jemaat. Kini bukan hanya memakai Kidung Jemaat (KJ), Nyanyian Kidung Baru (NKB) dan Dua Sahabat Lama, tetapi menyanyikan pujian kontemporer (Pop rohani atau yang dikenal sebagai lagu Praise & Worship) yang sudah diseleksi. Salah satu bentuk liturgi GMIM dapat digambarkan sebagai berikut :
1.         Panggilan Beribadah (koordinator penyelenggara berbicara)
2.         Nyanyian ke 1 (lagu perseiapan)
3.         Tahbisan (seperti votum)  (jemaat berdiri)
4.         Salam (jemaat masih berdiri)
5.         Nas pembimbing (dibacakan Pelsus) (jemaat berdiri)
6.         Nyanyian ke 2 (nyanyian sambutan atau lagu pengakuan dosa)
7.         Pengakuan dosa & pemberitaan anugrah Allah (Pelsus berdoa, jemaat duduk)
8.         Nyanyian ke 3 (Lagu pemberitaan Anugrah Allah)
9.         Pengakuan iman Rasuli (bersama-sama, Jemaat berdiri)
10.       Hukum Tuhan (Pelsus membacakan beberapa ayat Alkitab, jemaat duduk)
11.       Nyanyian ke 4 (Puji-pujian sebelum pemberitaan Firman Allah/kotbah)
12.       Doa, Pembacaan & pemberitaan Firman Allah (jemaat duduk)
13.       Nyanyian ke 5 (Bisa diisi dengan koor/PS/nyanyian bersama)
14.       Kotbah (jemaat duduk)
15.       Persembahan (jemaat duduk)
16.       NYanyian ke 6 (selama persembahan diedarkan)
17.       Doa Umum : persembahan, syukur, permohonan, 
             syafaat + Doa Bapa Kami (jemaat duduk)
18.       Nyanyian 7 Penutup (jemaat berdiri)
19.       Berkat (jemaat berdiri): mendoakan/membacakan 2 Kor 13:14
20.       Lagu terakhir : Amien-amien (ada beberapa versi)
21.       Jemaat saat teduh (sebentar) di tempat duduk masing-masing sebelum pulang.



PETUNJUK MEMASUKI IBADAH
1. Berusaha hadir sebelum ibadah dimulai. Jika terpaksa terlambat, masuklah perlahan, pada saat jemaat menyanyi.
2. Jangan masuk sementara berdoa ataupun pada waktu Khadim berbicara.
3. Apabila sudah berada di tempat kebaktian, perhatikanlah keteduhan sambil melengkapkan diri dengan doa. Kemudian perhatikanlah Tata Ibadah.
4. Pelajarilah Nyanyian dengan tertib.
5. Jemaat dapat meninggalkan tempat sesudah Khadim berada di depan pintu Gereja.




Sumber : www.majalahpraise.com