GMIM merupakan salah satu gereja
terbesar di Indonesia yang beraliran Calvinisme. Jadi jelas GMIM
merupakan gereja yang beraliran Protestan. Sejak pemisahan (yang disebut
“Schisma besar”) antara gereja Barat (Katolik) dan Timur (Ortodok)
tahun 1045, dalam perjalanan sejarah, sekelompok orang yang
tidak setuju dengan doktrin yang dianut Katolik, memisahkan diri
menjadi Protestan (tahun 1517). Sejak itu ada 2 aliran gereja besar
yang mulai berexpansi ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Katolik masuk
Indonesia tahun 1512 melalui para pedagang Portugis. Sedangkan
Protestan masuk ke Indonesia melalui badan oekabaran Injil asal Belanda
yang beraliran Protestan dikenal dengan Nederlandsch Zendeling
Genootschap (NZG) pada tahun 1806. Sembilan tahun setelah itu, tepatnya
tahun 1817, Pemerintah Belanda di Indonesia mengatur bahwa Gereja di
Indonesia harus diorganisir oleh Pemerintah, sehingga Gereja di
Indonesia ketika itu menjadi apa yang disebut Gereja Negara.
Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris
Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann
Gottlieb Schwarz. Mereka diutus oleh NZG. Teologia NZG dipengaruhi oleh
Pietiems, yaitu suatu aliran teologia yang memusatkan perhatian pada
pertumbuhan dan pengembangan iman dalam kehidupan pribadi. Pada tanggal
12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal
ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan
kristen di Tanah Minahasa. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara
pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari Gereja induknya, Indische Kerk.
Pada tanggal 30 September 1934 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri.
Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi GMIM.
Sejak
berdirinya, GMIM dipimpin oleh ketua Sinode. Ketua Sinode pertama
adalah Dr. E.A.A. De Vreede (1934 – 1935). Sejak tahun 2010, ketua
Sinode dijabat oleh Pdt. Piet Marthen Tampi, S.Th, MSi. Wilayah
pelayanan GMIM memang di Sulawesi Utara. Dan begitu pesat perkembangan
gereja terbesar di Indonesia dengan populasi jemaat hampir 1 juta jiwa
(data tahun 2011). Bermula dari hampir 100 orang. Kemudian melewati 177
tahun menjadi hampir sembilan ratus ribu jiwa. GMIM mempunyai sekitar
1.000 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 897
gereja lokal, yang dibagi ke dalam 102 wilayah, dengan sekitar 1.000.000
anggota.
Tahun 2005, dalam datanya, GMIM mengelola
banyak lembaga sosial seperti Taman Kanak-kanak (332), Sekolah Dasar
(364), Sekolah Menengah Pertama (64), SMA (20), sekolah kejuruan (6),
sebuah universitas dengan antara lain adanya fakultas teologi, sekolah
untuk penyandang cacat (2), rumah yatim-piatu (2), pusat pelatihan (2),
dan rumah sakit.
GMIM adalah gereja anggota
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Dewan
Gereja-gereja se-Dunia dan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia.
Selain itu, GMIM juga merupakan bagian dari Gereja Protestan di
Indonesia sejak 25 Mei 1950 dan anggota dari Sinode Am Gereja-gereja di
Sulutteng (SAG), yang terdiri atas Gereja-gereja di Sulawesi Utara dan
Tengah. Dan sekarang GMIM, dalam misi pelayanannya bukan hanya di Sulut,
tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Ambon, Papua, bahkan sudah go
internasional membuka cabang di Jepang, Amerika, dan masih banyak tempat
di luar Sulut.
Untuk
merangsang minat dari anggota jemaat dalam beribadah, disusunlah
beragam bentuk tata ibadah Raya. Ada 4 bahkan 5 bentuk liturgi dalam
tiap minggunya. Pelayan Khusus (Pendeta, Guru Agama, Penatua dan
Syamas/diaken) mendapatkan tempat yang lebih luas dalam pelaksanaan
Ibadah Jemaat itu sendiri. Bahkan untuk penggunaan Lagu-lagu sebagai
Pujian Jemaat. Kini bukan hanya memakai Kidung Jemaat (KJ), Nyanyian
Kidung Baru (NKB) dan Dua Sahabat Lama, tetapi menyanyikan pujian
kontemporer (Pop rohani atau yang dikenal sebagai lagu Praise &
Worship) yang sudah diseleksi. Salah satu bentuk liturgi GMIM dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Panggilan Beribadah (koordinator penyelenggara berbicara)2. Nyanyian ke 1 (lagu perseiapan)
3. Tahbisan (seperti votum) (jemaat berdiri)
4. Salam (jemaat masih berdiri)
5. Nas pembimbing (dibacakan Pelsus) (jemaat berdiri)
6. Nyanyian ke 2 (nyanyian sambutan atau lagu pengakuan dosa)
7. Pengakuan dosa & pemberitaan anugrah Allah (Pelsus berdoa, jemaat duduk)
8. Nyanyian ke 3 (Lagu pemberitaan Anugrah Allah)
9. Pengakuan iman Rasuli (bersama-sama, Jemaat berdiri)
10. Hukum Tuhan (Pelsus membacakan beberapa ayat Alkitab, jemaat duduk)
11. Nyanyian ke 4 (Puji-pujian sebelum pemberitaan Firman Allah/kotbah)
12. Doa, Pembacaan & pemberitaan Firman Allah (jemaat duduk)
13. Nyanyian ke 5 (Bisa diisi dengan koor/PS/nyanyian bersama)
14. Kotbah (jemaat duduk)
15. Persembahan (jemaat duduk)
16. NYanyian ke 6 (selama persembahan diedarkan)
17. Doa Umum : persembahan, syukur, permohonan,
syafaat + Doa Bapa Kami (jemaat duduk)
18. Nyanyian 7 Penutup (jemaat berdiri)
19. Berkat (jemaat berdiri): mendoakan/membacakan 2 Kor 13:14
20. Lagu terakhir : Amien-amien (ada beberapa versi)
21. Jemaat saat teduh (sebentar) di tempat duduk masing-masing sebelum pulang.
PETUNJUK MEMASUKI IBADAH
1. Berusaha hadir sebelum ibadah dimulai. Jika terpaksa terlambat, masuklah perlahan, pada saat jemaat menyanyi.
2. Jangan masuk sementara berdoa ataupun pada waktu Khadim berbicara.
3.
Apabila sudah berada di tempat kebaktian, perhatikanlah keteduhan
sambil melengkapkan diri dengan doa. Kemudian perhatikanlah Tata Ibadah.
4. Pelajarilah Nyanyian dengan tertib.
5. Jemaat dapat meninggalkan tempat sesudah Khadim berada di depan pintu Gereja.Sumber : www.majalahpraise.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar