SEJARAH PROTESTAN
Denominasi
Protestan muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95
dalilnya dan berakhir pada tahun 1648 dengan perjanjian Westphalia yang
meredakan Perang agama di Eropa. Gereja Katolik dan Protestan adalah
dua bagian utama dari agama Kristen di dunia Barat. Berbeda dengan
Gereja Ortodoks dan Katolik, Protestanisme adalah sebuah gerakan umum
yang tidak mempunyai struktur pemerintahanan internal dan masing-masing
gerakan berkembang secara bebas. Banyak yang terpecah karena
masalah-masalah teologis. Misalnya, sejumlah gerakan yang muncul dari
kebangunan rohani seperti Methodisme dan Pentakostalisme.
Masalah-masalah doktrin dan hati nurani juga telah memecah-belah kaum
Protestan. Tradisi Anabaptis, yang terdiri atas kelompok Amish dan
Mennonit, menolak doktrin Katolik dan Lutheran tentang baptisan anak.
Kelompok ini pun terkenal karena keyakinannya akan pasifisme. Ada yang
coba untuk menyatukan berbagai denominsi dengan gerakan ekumenis pada
abad ke-20. Sehingga Protestanisme dikenal sebagai kelompok yang
menghasilkan gereja-gereja dan denominasi baru dalam jumlah yang paling
banyak.
Gereja Protestan yang diperkirakan berjumlah 700 Juta
jiwa, dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) Lutheran. Ajaran khas
Martin Luther yang seringkali juga diakui sebagai ciri khas ajaran
Reformasi disimpulkan dalam tiga sola, yaitu sola fide, sola gratia, dan
sola scriptura, yang berarti ‘hanya iman’, ‘hanya anugerah’, dan ‘hanya
Kitab Suci’. Maksudnya, Luther menyatakan bahwa keselamatan manusia
hanya diperoleh karena imannya kepada karya anugerah Allah yang
dikerjakannya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh
Kitab Suci. (2) Calvinisme atau seringkali disebut Reformed. Lebih jauh
lagi untuk menolak ajaran Katholik, Reformed didasari oleh ajaran John
Calvin. Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada
kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas
segala sesuatu. Doktrin mereka yang menjadi ciri utama mereka disebut
dengan predestinasi, artinya mereka percaya bahwa karena manusia tidak
ada yang layak untuk masuk Sorga, maka Allah dengan kedaulatanNya
memilih manusia yang akan diselamatkan bahkan sebelum manusia itu
dilahirkan.
Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat
Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Sebenarnya,
gerakan Reformasi (Pembaruan) yang dilakukan Martin Luther bukanlah yang
pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah
ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Perancis yang
dipimpin oleh Peter Waldo (kini para pengikutnya tergabung dalam
Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia (kini
termasuk Ceko) di bawah pimpinan Yohanes Hus (1369-1415). Gereja
Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang mempunyai
banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut
Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis.
Pada
2005, sekitar 5,9% (12.913.259 dari 218.868.791) penduduk Indonesia,
beragama Protestan. Karena pengaruh para misionaris dari Belanda,
kebanyakan gereja Protestan di Indonesia sangat diwarnai oleh ajaran
Calvin (GPIB, GKI, GKJ) dan sebagian lagi mempunyai corak Lutheran.
Daftar
gereja-gereja Protestan di Indonesia, menurut denominasinya yaitu
Gereja Calvinis : Gereja Protestan di Indonesia (GPI); Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP); Gereja Kristen Indonesia (GKI); Gereja Kristen
Indonesia Sumatera Utara (GKI SUMUT); Gereja Kristen Sumatera Bagian
Selatan (GKSBS); Gereja Kristen Pasundan (GKP); Gereja Kristen Jawa
(GKJ); Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU); Gereja Kristen Jawi
Wetan (GKJW); Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST); Gereja Kristen
Sulawesi Barat (GKSB); Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS); Gereja
Protestan Sulawesi Tenggara (Gepsultra); Gereja Protestan Indonesia di
Luwu (GPIL); Gereja Kristen Sumba (GKS); Gereja Kristen Injili di Tanah
Papua (GKI di Tanah Papua); Gereja Kristus; Gereja Kristus Yesus (GKY);
Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), dll. Gereja Lutheran : Gereja
Huria Kristen Batak Protestan (Gereja HKBP); Gereja Kristen Protestan
Mentawai (GKPM); Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI); Huria
Kristen Indonesia (HKI); Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), dll.
LITURGI PROTESTAN
Liturgi
Protestan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah umat
Protestan. Liturgi berasal dari bahasa Yunani λείτούργιά yang artinya
kerja atau layanan kepada masyarakat. Liturgi Protestan memiliki
beberapa perbedaan dengan liturgi Katolik, terkait dengan Reformasi
Gereja di abad ke-16. Liturgi ini disusun oleh para tokoh reformasi
gereja dengan pemahaman teologis mereka terhadap ibadah itu sendiri.
Dalam
perkembangannya, ada 9 induk liturgi gereja-gereja Protestan[, yakni :
(1) Lutheran, berasal dari Wittenberg dan berkembang ke negara-negara
Jerman dan Skandinavia di abad ke-16. (2) Calvinis, berasal dari Zurich,
Jenewa, dan Strassburg dari abad ke-16, kemudian menyebar ke Belanda,
Perancis, Skotlandia, Hongaria, dan Inggris. (3) Anabaptis muncul di
Swiss sejak tahun 1520-an. (4) Anglikan di Inggris, muncul sesaat
setelah Lutheran. (5) Separatis dan Puritan muncul pada abad ke-17
sebagai protes atas kemapanan gereja negara. (6) Quaker muncul pada abad
ke-17 dan membuat terputusnya tradisi peribadahan karena mereka
beribadah tanpa khotbah, nyanyian, dan pembacaan Alkitab. (7) Methodis
muncul pada abad ke-18, membuat sebuah liturgi yang merupakan campuran
antara liturgi Katolik Roma, Anglikan, dan Puritan. (8) Frontier muncul
pada abad ke-19. (9) Pentakostal muncul pada abad ke-20 dan merupakan
ciri khas spiritual Amerika.
Luther memperbaharui liturgi secara
bertahap agar tidak menimbulkan kegelisahan dalam umat. Pertama-tama,
dalam buku Formula Misae, Luther memberikan contoh bahwa umat berhak
menerima roti dan anggur dalam ekaristi, bukan hanya roti saja. Khotbah
menjadi unsur utama dalam kebaktian karena menurutnya liturgi adalah
pemberitaan Firman. Pembacaan Alkitab dan khotbah disampaikan dalam
bahasa pribumi, sementara hal-hal yang lainnya, misalnya nyanyian
jemaat, boleh disampaikan dalam bahasa Latin. Imam (Pendeta) bebas
memilih pakaian liturgis yang membedakannya dari umat, ia boleh
mengenakan jubah yang menunjukkan dirinya sebagai seorang sarjana,
tetapi bukan jubah imamat, yang dianggap menonjolkan kemewahan dan
kemegahan. Luther melakukan pembaruan selanjutnya yang ditulis tahun
1526 dalam buku Deutsche Messe (Misa Jerman). Dalam buku ini, perbedaan
liturgi yang diperbaharui oleh Luther tampak semakin berbeda dengan
liturgi Katolik Roma. Ada unsur-unsur liturgi yang dibuang. Semua
nyanyian dalam bahasa Latin diganti dengan bahasa Jerman dan diubah
istilahnya. Misalnya, Agnus Dei digantikan dengan judul Christe, du Lamm
Gottes.
Namun demikian susunan & isi liturgi gereja
Protestan masa kini merupakan perkembangan dari berbagai tokoh Reformasi
lainnya, seperti Martin Bucer, yang merumuskan dalam buku liturgy yang
berjudul Grund und Ursach der Neurungen an dem Nachtmahl des Herren
(Dasar dan Alasan Pembaruan pada Perjamuan Malam Tuhan) pada tahun 1524.
Isi liturgi buku tersebut adalah sebagai berikut : (1) Ketika umat
datang untuk beribadah pada hari Minggu, Pendeta mengingatkan mereka
untuk mengaku dosa dan berdoa. Setelah itu, Pendeta memanjatkan
doa bersama umat dan memberitakan pengampunan dosa bagi mereka yang
percaya. Setelah berdoa singkat dan membacakan kitab tertentu, umat
menyanyikan mazmur-mazmur pendek atau nyanyian dari kidung pujian. (2)
Umat menyanyikan Dasa Titah atau nyanyian lain, lalu Pendeta membacakan
Injil dan berkhotbah. (3) Umat menyanyikan pengakuan iman, disusul
dengan doa syafaat bagi pemerintah, iman, kasih, dan anugerah untuk
selalu mengenang kematian Kristus. (4) Pendeta mengingatkan untuk
merayakan perjamuan Tuhan dan mengenangkan-Nya. (5) Pembacaan Alkitab
mengenai perjamuan Tuhan dari Injil Sinoptik dan 1 Korintus 11. (6)
Pendeta memecahkan roti dan menuang cawan minuman untuk mengenang Tuhan
sementara umat menyanyikan nyanyian jemaat. (7) Pendeta menutup
perjamuan dengan doa singkat dan berkat serta mengutus umat untuk pergi
dalam damai Tuhan.
Di kemudian hari, Zwingli memperbaharui
liturgi ini dengan membersihkannya dari unsur Katolik Roma. Juga Yohanes
Calvin mengembangkan liturgy yang dibuat Martin Bucer. Salah satu
sumbangan Calvin terhadap liturgy Gereja Protestan adalah unsure yang
disebut “votum”. Kalimat votum (disebut oleh Calvin sebagai adjutorium)
berbunyi sebagai berikut : "Pertolongan kita ialah di dalam nama TUHAN
yang menjadikan langit dan bumi". Dalam prakteknya, kalimat tersebut
sering ditambahkan dengan kalimat : "Dan yang tetap memelihara kasih
setia-Nya sampai selama-lamanya dan tidak meninggalkan pekerjaan
tangan-Nya." Calvin biasa menggunakan kalimat tersebut untuk pembuka
kebaktian firman.
Sumber : www.majalahpraise.com